Penggunaan facebook ini ternyata banyak sekali dampak atau pengaruhnya terhadap para pengguna, di sini fokus terhadap mahasiswa. Dampak dari penggunaan facebook ini sangat variatif. Tergantung dari mereka yang menggunakan, jadi penilaian tentang pengaruh FB ini sangat subjektif. Namun pengaruh tersebut tidak hanya disisi baiknya saja, namun di sisi lain penggunaan facebook ini juga ada kerugiannya atau sisi buruk.
Facebook banyak sekali keuntungannya untuk para pengguna (mahasiswa). Keuntungan pertama yang sangat kuat kita rasakan, sudah pasti untuk memperbanyak teman dan menghubungkan interaksi social yang tidak memandang waktu dan jarak. Suatu missal hubungan antar teman yang kita sudah lama tidak bertemu, seperti teman lama pasti kita juga dapat menemui dan tetap dapat berinteraksi dengan baik melalui facebook. Selain itu facebook juga memberikan keuntungan untuk tempat romosi diri atau produk penjualan, karena dengan layanan ini kita dapat mempromosikan sesuatu berupa barang ataupun jasa dengan gratis. Facebook juga sebagai tempat curhat bagi kita para pengguna yang sedang terkena masalah, jadi masalah kita dapat memberikan gugahan hati bagi para pengguna lain. Sehingga masalah yang kita hadapi sendiri tidak kita tanggung sendiri, namun dengan adanya banyak teman membuat kita tetap kokoh untuk bertahan. Namun selain itu, ada juga bagi mereka yang menggunakan FB sebagai tempat untuk mencari jodoh atau pujaan hati yang sangat tepat. Karena dengan memperbanyak teman kita ibarat “sambil menyelam menelan air” kita juga dapat pendekatan dengan orang yang dirasakan dapat menjadi pendamping hati. Selain itu di sisi psikologis seseorang, Fb dapat mempengaruhi seseorang untuk lebih berpikir logiz dan berpikiran dewasa untuk menyikapi sesuatu. Selain itu Fb dapat membuat diri kita lebih berpikir panjang dan berpikiran lebih modern dan mengikuti perkembangan jaman. Ini beberapa keuntungan yang dapat kita jabarkan berdasarkan objek penelitian, namun penilaian seseorang sangat subjektif sehingga kami tidak dapat menyodorkan terlalu banyak keuntungan tersebut.
Namun keuntungan tersebut di atas tidak menutup kemungkinan untuk timbulnya kerugian yang kita hadapi. Misalnya saja pembajakan hal-hal yang menyangkut privasi seseorang tidak sedikit terjadi pada ara pengguna. Dany salah satu mahasiswa UMM yang juga pernah merasakan FB nya dibajak oleh beberapa oknum yang tidak berwenang tersebut. Foto miliknya pernah dibajak seseorang yang disalahgunakan oleh pihak tidak bertanggung jawab tersebut. Selain itu dari FB juga dapat menimbulkan banyak hal criminal lainnya, misalnya berupa ancaman-ancaman yang diberikan atau terorisme yang muncul di layar komentar di FB. Namun di sisi psikologis seseorang, FB juga dapat menggeser interaksi kita dengan lingkungan sekitar karena kita hanya memperkuat hubungan di depan layar kaca, untuk internetan. Hal ini menimbulka pergeseran interaksi social lingkungan dan membuat seseorang jadi individualisme. Seseorang juga menghentikan perkerjaan yang dulu sering dilakukan karena waktunya tersita oleh facebook. Namun hal ini sedikit dari banyak kerugian yang kita dapatkan dari penggunaan facebook.
Keuntungan maupun kerugian ini telah banyak kita rasakan, tinggal kita saja untuk menyikapinya sedewasa mungkin. Karena setiap penggunaan tekhnologi modern selalu ada konsekuensi yang harus kita hadapi. Sehingga apabila kita telah mengetahui konsekuensinya, sudah barang tentu hal tersebut tidak akan lepas dari kehidupan dunia maya tersebut. Tinggal kita sebagai pengguna untuk dapat mengoperasikan aplikasi tersebut dengan baik dan semaksimal mungkin.
Bagaimana menurut anda tentang saya?
Selasa, 26 Oktober 2010
Pengaruh Jurnalisme Online dan Jurnalisme Konvensional Dalam Pola Pikir Masyarakat
Jurnalisme online dan jurnalisme konvensional merupakan 2 bentuk dari cara pempublikasian dari jurnalistik. Beberapa dampak adanya dua model jurnalistik ini mempunyai peran yang besar dalam pola pikir masyarakat secara luas. Dalam jurnalistik melalui online atau biasa kita sebut jurnalistik melalui internet, kita mempunyai banyak kesempatan untuk melaporkan suatu kejadian dan berita teraktual yang terjadi di sekitar kita. Walaupun kita tidak mempunyai basic tentang ilmu kewartawanan, tetapi kita dapat langsung untuk mengupdate berita terkini dan terbaru yang juga dapat langsung diakses oleh para browser yang menginginkan tentang data tersebut.
Dari hal tersebut diatas, ternyata dapat menimbulkan dampak yang sangat besar bagi masyarakat luas. Diantaranya dampak yang sangat jelas dan nyata adalah pemikiran masyarakat lebih modern dan lebih dapat berkembang secara cepat untuk mengetahui perkembangan dalam dunia komunikasi dan informasi terkini yang sedang berkembang di sekitar kita. Selain itu dengan adanya jurnalistik online masayarakat luas juga terpengaruh pola pikirnya menjadi lebih kritis dan maju, karena setiap informasi yang diperoleh tidak terbatas dan tidak dibatasi oleh waktu maupun tempat, semua dapat menikmati informasi tersebut dengan mudah. Tetapi ada beberapa pihak yang tidak dapat menikmati keuntungan jurnalistik online ini, dikarenakan tidak semua orang dapat melakukan pengaksesan atau mengerti tentang dunia internet ini.
Lain halnya dengan jurnalistik konvensional atau tradisional, dalam jurnalistik ini juga dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat secara luas. Misalnya masyarakat lebih hidup bergantung pada suatu informasi dari media massa berupa koran, majalah, televisi, maupun radio. Jadi pola pikir masyarakat lebih suka hidup bergantung pada sesuatu, jadi kebiasaan untuk bergantung lebih banyak dari pada berusaha sendiri. Tetapi dalam jurnalistik konvensional masyarakat tidak perlu menyaring secara banyak hal-hal yang tidak perlu dicerna, karena dalam pemuatannya jurnalistik konvensional sebelumnya telah disaring untuk dipublikasikan ke halayak umum. Jadi pola pikir masyarakat masih kental dengan hal-hal yang berbau etika dan adat setempat.
Pola pikir seperti ini sering kali telah kita temukan di berbagai kehidupan sekitar kita, sehingga dampak dari kedua jenis jurnalistik ini sangat besar bagi pola pikir masyarakat secara luas. Selain itu media juga sangat mempengaruhi kehidupan manusia secara berkelanjutan.
Dari hal tersebut diatas, ternyata dapat menimbulkan dampak yang sangat besar bagi masyarakat luas. Diantaranya dampak yang sangat jelas dan nyata adalah pemikiran masyarakat lebih modern dan lebih dapat berkembang secara cepat untuk mengetahui perkembangan dalam dunia komunikasi dan informasi terkini yang sedang berkembang di sekitar kita. Selain itu dengan adanya jurnalistik online masayarakat luas juga terpengaruh pola pikirnya menjadi lebih kritis dan maju, karena setiap informasi yang diperoleh tidak terbatas dan tidak dibatasi oleh waktu maupun tempat, semua dapat menikmati informasi tersebut dengan mudah. Tetapi ada beberapa pihak yang tidak dapat menikmati keuntungan jurnalistik online ini, dikarenakan tidak semua orang dapat melakukan pengaksesan atau mengerti tentang dunia internet ini.
Lain halnya dengan jurnalistik konvensional atau tradisional, dalam jurnalistik ini juga dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat secara luas. Misalnya masyarakat lebih hidup bergantung pada suatu informasi dari media massa berupa koran, majalah, televisi, maupun radio. Jadi pola pikir masyarakat lebih suka hidup bergantung pada sesuatu, jadi kebiasaan untuk bergantung lebih banyak dari pada berusaha sendiri. Tetapi dalam jurnalistik konvensional masyarakat tidak perlu menyaring secara banyak hal-hal yang tidak perlu dicerna, karena dalam pemuatannya jurnalistik konvensional sebelumnya telah disaring untuk dipublikasikan ke halayak umum. Jadi pola pikir masyarakat masih kental dengan hal-hal yang berbau etika dan adat setempat.
Pola pikir seperti ini sering kali telah kita temukan di berbagai kehidupan sekitar kita, sehingga dampak dari kedua jenis jurnalistik ini sangat besar bagi pola pikir masyarakat secara luas. Selain itu media juga sangat mempengaruhi kehidupan manusia secara berkelanjutan.
Selasa, 19 Oktober 2010
Terkikisnya Budaya Agraris dalam Masa Industri di Indonesia (oleh Rangga Prasetya)
Aneka ragam kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia menjadikan Negara yang satu ini terkenal akan warna warni budayanya. Bermacam-macamnya kebudayaan ini turut serta dalam proses pembentukan kepribadian suatu Negara. Oleh karena itu terlahir dari budaya yang dimiliki oleh suatu Negara dapat menjadikan tolak ukur kadar suatu pola pikir masyarakatnya.
Indonesia sejak jaman dahulu dikenal sebagai Negara agraris, dimana semua sumber daya alam yang dimiliki dapat dimanfaatkan. Mulai dari pegunungan hingga lautan, Indonesia memilki semua itu. Sehingga atas kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia ini maka Negara yang tengah berkembang ini dikenal sebagai Negara agraris.
Semua kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia dapat dimanfaatkan dengan baik kalau sumber daya manusianya juga menyeimbangi akan hal tersebut. Pertanian, perkebunan, perikanan, lautan, sumber tambang yang dimiliki oleh Indonesia sebagian besar yang mengelola adalah masyarakat asing. Hal ini yang menyebabkan Indonesia banyak sekali tercampur dan terkontaminasi dengan budaya dari luar. Ada kalanya Indonesia merasa beruntung dengan semua ini, namun secara tidak sadar masyarakat Indonesia sedikit demi sedikit mulai dikendalikan akan budaya-budaya baru yang dianggap jauh lebih modern dan tidak kampungan.
Dalam zaman sekarang ini, dimana komunikasi antara manusia dan mobilitas manusia di seluruh penjuru muka bumi kita ini makin meluas, maka pembauran antara manusia dari aneka warna ras, aneka warna bahasa, dan aneka warna kebudayaan, juga menjadi intensif. Walaupun demikian, untuk keperluan analisa antropologi secara histori kita perlu mengetahui pola-pola penyebaran yang asli dari aneka warna ras, bahasa dan kebudayaan di muka bumi. (Koentjaraningrat, 2002: 306)
Selain kebudayaan yang mulai terkikis, dari sector mata pencaharianpun kini mulai berkembang ke arah yang lebih modern. Secara struktural, mismanagement yang terlalu parah adalah penyebab utamanya. Masalah mendasar pertama adalah scale of economics. Kebanyakan petani adalah hasil warisan. Setelah sekian generasi, ukuran lahan makin sempit. Pengolahan usaha agraris menghasilkan skala ekonomi yang tidak seimbang. Terlalu banyak orang tapi terlalu sedikit lahan. Padahal kalau dikelola dengan skala yang pas, produktivitas jelas bisa meningkat banyak.
Penerapan teknologi maju untuk mempercepat pebangunan nasional selama 32 tahun yang lalu telah menuntut pengembangan perangkat nilai budaya, norma sosial disamping ketrampilan dan keahlian tenagakerja dengan sikap mental yang mendukungnya. Penerapan teknologi maju yang mahal biayanya itu memerlukan penanaman modal yang besar (intensive capital investment); Modal yang besar itu harus dikelola secara professional (management) agar dapat mendatangkan keuntungan materi seoptimal mungkin. Karena itu juga memerlukan tenagakerja yang berketrampilan dan professional dengan orientasi senantiasa mengejar keberhasilan (achievement orientation).
Tanpa disadari, kenyataan tersebut, telah memacu perkembangan tatanan sosial di segenap sector kehidupan yang pada gilirannya telah menimbulkan berbagai reaksi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Dalam proses perkembangan sosial budaya itu, biasanya hanya mereka yang mempunyai berbagai keunggulan sosial-politik, ekonomi dan teknologi yang akan keluar sebagai pemenang dalam persaingan bebas. Akibatnya mereka yang tidak siap akan tergusur dan semakin terpuruk hidupnya, dan memperlebar serta memperdalam kesenjangan sosial yang pada gilirannya dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang memperbesar potensi konflik sosial.dalam masyarakat majemuk dengan multi kulturnya.
Tanpa penegakan hukum secara transparan dan akuntabel, perkembangan sosial-budaya di Indonesia akan menghasilkan bencana sosial yang lebih parah, karena hilangnya kepercayaan masyarakat akan mendorong mereka untuk bertindak sendiri sebagaimana nampak gejala awalnya dewasa ini. Lebih berbahayalagi kalau gerakan sosial itu diwarnai kepercayaan keagamaan, seperti penatian datangnya ratu adil dan gerakan pensucian (purification) yang mengharamkan segala pembaharuan yang dianggap sebagai “biang” kekacauan.
Betapaun masyarakat harus siap menghadapi perubahan sosial budaya yang diniati dan mulai dilaksanakan dengan reformasi yang mengandung makna perkembangan ke arah perbaikan tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Kebudayaan kita orang Indonesia menganut kebudayaan Ketimuran, Gotong royong, sopan santun, ramah tamah, tolong menolong (gemah ripah loh jinawi semboyan Jawa'nya) dan banyak lagi. Pengaruh kebudayaan Industri (Modern), ya memang tidak bias dipungkiri lagi Indonesia sebagai Negara berkembang menuju modernisasi ada dampak buruk maupun dampak baiknya. Contoh kemajuan tekhnologi, produksi sekarang sudah banyak mengandalkan mesin sehingga banyak sekali pengangguran di Indonesia.
Kebudayaan agraris sangat beraneka warna, mulai dari pertanian,perkebunan sampai pembukaan lahan di hutan. pengaruh pergeseran itu sangat kuat, mulai dari industrinisasi persawahan...komoditas jagung,kedelai dan aneka buah....yang mulanya di kelola secara tradisional, saat ini investor kuat mulai bermain. sebagai generasi muda, selayaknya ikut berperan aktif dalam mensinergikan antara kebudayaan agraris milik kita dengan teknologi modern,yang lebih menguntungkan petani, tidak merusak lingkungan, melakukan riset dan amdal yang tepat jika akan membuka perkebunan modern.
***
Indonesia sejak jaman dahulu dikenal sebagai Negara agraris, dimana semua sumber daya alam yang dimiliki dapat dimanfaatkan. Mulai dari pegunungan hingga lautan, Indonesia memilki semua itu. Sehingga atas kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia ini maka Negara yang tengah berkembang ini dikenal sebagai Negara agraris.
Semua kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia dapat dimanfaatkan dengan baik kalau sumber daya manusianya juga menyeimbangi akan hal tersebut. Pertanian, perkebunan, perikanan, lautan, sumber tambang yang dimiliki oleh Indonesia sebagian besar yang mengelola adalah masyarakat asing. Hal ini yang menyebabkan Indonesia banyak sekali tercampur dan terkontaminasi dengan budaya dari luar. Ada kalanya Indonesia merasa beruntung dengan semua ini, namun secara tidak sadar masyarakat Indonesia sedikit demi sedikit mulai dikendalikan akan budaya-budaya baru yang dianggap jauh lebih modern dan tidak kampungan.
Dalam zaman sekarang ini, dimana komunikasi antara manusia dan mobilitas manusia di seluruh penjuru muka bumi kita ini makin meluas, maka pembauran antara manusia dari aneka warna ras, aneka warna bahasa, dan aneka warna kebudayaan, juga menjadi intensif. Walaupun demikian, untuk keperluan analisa antropologi secara histori kita perlu mengetahui pola-pola penyebaran yang asli dari aneka warna ras, bahasa dan kebudayaan di muka bumi. (Koentjaraningrat, 2002: 306)
Selain kebudayaan yang mulai terkikis, dari sector mata pencaharianpun kini mulai berkembang ke arah yang lebih modern. Secara struktural, mismanagement yang terlalu parah adalah penyebab utamanya. Masalah mendasar pertama adalah scale of economics. Kebanyakan petani adalah hasil warisan. Setelah sekian generasi, ukuran lahan makin sempit. Pengolahan usaha agraris menghasilkan skala ekonomi yang tidak seimbang. Terlalu banyak orang tapi terlalu sedikit lahan. Padahal kalau dikelola dengan skala yang pas, produktivitas jelas bisa meningkat banyak.
Penerapan teknologi maju untuk mempercepat pebangunan nasional selama 32 tahun yang lalu telah menuntut pengembangan perangkat nilai budaya, norma sosial disamping ketrampilan dan keahlian tenagakerja dengan sikap mental yang mendukungnya. Penerapan teknologi maju yang mahal biayanya itu memerlukan penanaman modal yang besar (intensive capital investment); Modal yang besar itu harus dikelola secara professional (management) agar dapat mendatangkan keuntungan materi seoptimal mungkin. Karena itu juga memerlukan tenagakerja yang berketrampilan dan professional dengan orientasi senantiasa mengejar keberhasilan (achievement orientation).
Tanpa disadari, kenyataan tersebut, telah memacu perkembangan tatanan sosial di segenap sector kehidupan yang pada gilirannya telah menimbulkan berbagai reaksi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Dalam proses perkembangan sosial budaya itu, biasanya hanya mereka yang mempunyai berbagai keunggulan sosial-politik, ekonomi dan teknologi yang akan keluar sebagai pemenang dalam persaingan bebas. Akibatnya mereka yang tidak siap akan tergusur dan semakin terpuruk hidupnya, dan memperlebar serta memperdalam kesenjangan sosial yang pada gilirannya dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang memperbesar potensi konflik sosial.dalam masyarakat majemuk dengan multi kulturnya.
Tanpa penegakan hukum secara transparan dan akuntabel, perkembangan sosial-budaya di Indonesia akan menghasilkan bencana sosial yang lebih parah, karena hilangnya kepercayaan masyarakat akan mendorong mereka untuk bertindak sendiri sebagaimana nampak gejala awalnya dewasa ini. Lebih berbahayalagi kalau gerakan sosial itu diwarnai kepercayaan keagamaan, seperti penatian datangnya ratu adil dan gerakan pensucian (purification) yang mengharamkan segala pembaharuan yang dianggap sebagai “biang” kekacauan.
Betapaun masyarakat harus siap menghadapi perubahan sosial budaya yang diniati dan mulai dilaksanakan dengan reformasi yang mengandung makna perkembangan ke arah perbaikan tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Kebudayaan kita orang Indonesia menganut kebudayaan Ketimuran, Gotong royong, sopan santun, ramah tamah, tolong menolong (gemah ripah loh jinawi semboyan Jawa'nya) dan banyak lagi. Pengaruh kebudayaan Industri (Modern), ya memang tidak bias dipungkiri lagi Indonesia sebagai Negara berkembang menuju modernisasi ada dampak buruk maupun dampak baiknya. Contoh kemajuan tekhnologi, produksi sekarang sudah banyak mengandalkan mesin sehingga banyak sekali pengangguran di Indonesia.
Kebudayaan agraris sangat beraneka warna, mulai dari pertanian,perkebunan sampai pembukaan lahan di hutan. pengaruh pergeseran itu sangat kuat, mulai dari industrinisasi persawahan...komoditas jagung,kedelai dan aneka buah....yang mulanya di kelola secara tradisional, saat ini investor kuat mulai bermain. sebagai generasi muda, selayaknya ikut berperan aktif dalam mensinergikan antara kebudayaan agraris milik kita dengan teknologi modern,yang lebih menguntungkan petani, tidak merusak lingkungan, melakukan riset dan amdal yang tepat jika akan membuka perkebunan modern.
***
Trend Baju Korea Menjamur di Indonesia Analisis pada film Boys Before Flower (Oleh Rangga Prasetya)
A. Budaya Popular (Popular Culture)
Berbicara tentang budaya popular bukanlah perkara yang gampang, budaya ini tidaklah sesederhana yang dibayangkan orang bahwa hal ini tidak perlu diperhatikan, dinilai lebih rendah daripada bentuk-bentuk budaya lainnya. Tetapi jika mengikuti perkembangan literature tentang kajian budaya (cultural studies), maka kita akan menemukan bahwa budaya popular mendapat tempat yang lebih proporsional daripada masa-masa sebelumnya.
Kebudayaan popular seringkali ditabrakkan dengan pengertian lain, seperti “kebudayaan tinggi”, “kebudayaan murni”, dan lain-lain. Dalam pengertian ini dibayangkana ada dua realitas sosial yang terjadi (dalam konteks di Inggris pada tahun 1960-an), yaitu kaum bangsawan yang dikonsumsi lebih banyak bentuk-bentuk budaya yang bersifat high art, seperti pagelaran balet, opera atau orkes simfoni.
Menurut Raymond Williams, budaya popular ini dapat didefinisikan ke dalam empat macam. Yang pertama budaya popular adalah budaya yang disukai oleh banyak orang. Kedua, kerja kebudayaan yang interior. Ketiga, kerja kebudayaan yang dimaksud untuk meraih simpati banyak orang. Keempat, kebudayaan yang dibuat sekelompok orang untuk diri mereka sendiri.(Ignatius: 188)
Budaya popular ini lahir karena budaya konsumsi dan didukung oleh tekhnologi informasi baru. Seni populer lahir dan bertahan karena kehendak media (dengan ideologi kapitalisme) dan konsumsi. Media dan konsumsi menggeser ikatan sosial yang semula mementingkan aspek moral dan kognisi dengan ikatan estetik. Kita tidak bisa lagi bicara fungsi media untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan manusia namun juga media yang mengatur gagasan dan menata perasaan manusia.
Baudrillard melukiskan media massa telah menyatukan manusia kemudian membiarkannya meledak ke dalam: batas-batas tradisi, geografi, bangsa, ideologi, kelas, cair luluh begitu saja. Yang tinggal hanya satu: massa dengan ketidakpastian ini memberikan rasa aman dan pasti luluh, batas-batas baru sangat bergantung pada bagaimana suatu kelompok sosial dihadirkan dalam media.
Media menciptakan populer dengan mengonsumsi barang-barang komoditi. Ini merupakan bagian dari kapitalisme konsumsi. Populer yang sedang kita periksa adalah populer yang lahir lewat cara orang-orang zaman sekarang mengonsumsi barang-barang (mode of consumption). Sifat kapitalisme ini membawa masyarakat menjadi massa, artinya masyarakat dilebur dari batas-batas tradisionalnya menjadi satu massif konsumtif. Sesuai prinsip pasar bebas, gairah agresifitas konsumsi tidak ditentukan oleh otoritas seperti negara, agama, atau tradisi. Otoritas sepenuhnya ada di tangan objek konsumsi (komoditi) dalam menggoda para calon konsumen. Menurut Lipovetsky mengatakan bahwa “kalau orang tertarik pada suatu barang, bukan karena orang menonton langsung promosinya namun karena setiap barang yang dipakai mempunyai daya promosional.” Sehingga kita akan melihat betapa kuat dan rumitnya kekuatan media dan konsumsi membentuk dan mengubah realitas rakyat dan kerakyatan menjadi realitas populer.(Dominic: 6-7)
B. Film Boys Before Flower Menjadi Budaya Populer
Boys Over Flowers adalah drama adaptasi Korea yang diadaptasi dari manga Jepang Hana Yori Dango. Boys Before Flowers sendiri mulai ditayangkan tanggal 5 Januari 2009 di KBS2TV dan berakhir pada tanggal 31 Maret 2009 dengan 25 episode. Sebelumnya serial ini sudah pernah dibuat dari negara asia seperti Jepang, Taiwan, serta Indonesia. Film ini bergenre romantis, tak luput dari serial dari negara sebelumnya serial ini cukup menyorot penonton di Korea Selatan. Walaupun serial ini pernah dirilis, namun sutradara membuat serial ini lebih berbeda dari serial sebelumnya dengan artis dan aktor pendatang baru. Film ini menjadi gebrakan hits di berbagai negara luar Korea Selatan seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan berbagai negara Latin lainnya.
Sinopsis Film Boys Before Flowers
Geum Jan Di (Koo Hye Sun) adalah seorang gadis yang berasal dari keluarga biasa yang memiliki toko laundry yang terletak di dekat sekolah Shin Hwa, sekolah paling bergengsi di Korea Selatan. Awal cerita dimulai ketika Jan Di hendak mengantarkan laundry milik salah seorang siswa Shinhwa, ternyata laundry itu milik siswa yang akan bunuh diri karena stress mendapat bullying dari F4. Secara kebetulan Jan Di menolong anak itu. Tindakannya segera menjadi perhatian publik dan menyulut kemarahan publik terhadap Shin Hwa. Untuk menenangkan kemarahan publik, Jan Di ditawari beasiswa renang untuk dapat bersekolah di Shinhwa, awalnya ia menolak namun akhirnya menerima setelah keluarganya memaksanya.
Selama hari pertama di Shinhwa. Jan Di mencoba untuk menghindari konfrontasi dengan F4, karena dia tahu apa yang terjadi pada mereka yang berani menentang F4. Gu Jun Pyo (Lee Min Ho, Yoon Ji Hoo (Kim Hyun Joong), So Yi Jung (Kim Bum), dan Song Woo Bin (Kim Joon) adalah anak-anak paling kaya dan paling berkuasa di sekolah Shinhwa dan di Korea Selatan. Mereka menggunakan kekuasaan untuk meneror siswa lemah atau orang-orang yang tidak suka pada mereka. Jan Di, alih-alih terkesan, menjadi marah dan muak terhadap F4 terutama kepada Gu Jun Pyo, pemimpin dan inisiator dari banyak tindakan bullying. Keberaniannya bangkit ketika seorang teman, Oh Min Ji, tidak sengaja menumpahan es krim pada sepatu Jun Pyo dan Jun Pyo menuntut gadis itu untuk menjilati sepatunya. Jan Di membela temannya dengan menggantikan Min Ji untuk menjilati sepatu Jun Pyo. Dengan berpura-pura menjilat, Jan Di membungkuk lalu melemparkan es krim di wajah Jun Pyo. Marah karena hal ini, Gu Jun Pyo menyatakan perang terhadap Jan Di dan menyuruh siswa lain untuk mengerjai Jan Di. Jan Di, mencoba bertahan, menolak untuk meminta maaf kepada Gu Jun Pyo, dan berdiri dengan keputusannya untuk melawan dia.
Sahabat terbaik Jan Di, Ga Eul (Kim So Eun) sering menemukan dirinya di tempat yang sama dengan Yi Jung. Suatu hari, Yi Jung menemukan Ga Eul menangis setelah ia dicampakkan pacarnya.Yi Jung mengajak Ga Eul ke sebuah klub malam di mana mantan pacar Ga Eul sering terlihat. Yi Jung pura-pura jatuh cinta dengan Ga Eul untuk membuat cemburu mantan pacarnya. Setelahkejadian ini, Ga Eul jatuh cinta pada Yi Jung. Pada Hari Valentine, dia menunggu di luar rumahnya, untuk memberinya coklat. Yi Jung datang dengan dua orang gadis dan menolak coklat pemberian Ga Eul. Ketika Ga Eul marah, Yi Jung mengingatkan bahwa mereka di klub malam itu hanya bersandiwara, dan itu bukan salahnya jika Ga Eul menganggap itu serius.
Menganggu Jan Di terus menerus malah membuat Gu Jun Pyo jatuh cinta pada gadis itu. Dengan segala cara Jun Pyo berusaha mendekati Jan Di. Ketika cinta mulai mekar diantara Jan Di dan Jun Pyo, ibu Jun Pyo mengetahui hubungan mereka dan tidak menyetujui hubungan keduanya. Dia melakukan segala cara untuk membuat mereka berdua berpisah, bahkan mengatur perkawinan bagi Jun Pyo. Para anggota F4 lainnya dan Ga Eul mencoba untuk menyatukan mereka kembali.
Pemeran
• Koo Hye Sun sebagai Geum Jan Di. Geum Jan Di adalah gadis pertama yang berani melawan pemimpin F4 Jun Pyo, dan gadis pertama yang mendapatkan Kartu Merah. Melalui ini, jalinan cerita membuat ia jatuh cinta dengan Ji Hoo dan kemudian Jun Pyo, serta F4 menjadi teman-teman dekatnya.
• Lee Min Ho sebagai Gu Jun Pyo. Gu Jun Pyo adalah pemimpin F4 dan pewaris Group Shinhwa, perusahaan yang paling kuat di negeri ini. Sewaktu di SMA, ia bertemu Jan Di dan terpana oleh keberanian Jan Di. Meskipun pada awalnya bertekad untuk membuat hidupnya sengsara, ia jatuh cinta padanya.
• Kim Hyun Joong sebagai Yoon Ji Hoo. Yoon Ji Hoo adalah anggota F4 yang paling tenang, sangat mahir bermain biola, gitar dan piano. Ia adalah cucu mantan presiden Korea. Dia juga pesaing utama Jun Pyo untuk mendapatkan Jan Di, tetapi dia merelakannya karena dia menghargai persahabatan dengan Jun Pyo.
• Kim Bum sebagai So Yi Jung. Yi Jung berasal dari keluarga seniman terkenal dan merupakan seniman tembikar yang mempunyai reputasi sendiri, membuat debut pertamanya pada usia enam belas tahun. Keluarganya memiliki sebuah galeri seni terkenal yang merupakan harta karun nasional. Dia adalah salah satu dari dua playboy di F4.
• Kim Joon sebagai Song Woo Bin. Song Woo Bin berasal dari keluarga yang menjalankan sebuah organisasi bawah tanah, (mafia) Ia sering terlihat bertaruh dengan Yi Jung dalam berbagai hal. Dia adalah salah satu dari dua F4 playboy. Ia juga merupakan anggota F4 yang paling kuat dan pintar beladiri.
• Kim So Eun sebagai Chu Ga Eul. : Chu Ga Eul adalah sahabat Di Jan sejak TK. Dia dan Yi Jung terlihat selalu bersama dan bahkan membuat kencan palsu untuk membawa Jan Di dan Jun Pyo kembali.
• Lee Yeong Shi : Oh Min Ji adalah teman pertama Jan Di ketika ia transfer ke sekolah Shinhwa, diam-diam dia memfitnah Jan Di.
• Han Chae Young sebagai Min Seo Hyun, adalah cinta pertama Ji Hoo dan model Korea yang terkenal.
• Jung Eui Chul sebagai Lee Ha Min / Lee Ji Ha adalah dua karakter yang dimainkan oleh aktor yang sama, pertama sebagai siswa yang ditolong oleh Jan Di, dan kedua sebagai saudara kembarnya yang dendam pada Jun Pyo.
• Lee Min Jeong sebagai Ha Jae Kyung adalah tunangan Jun Pyo. Ia berkenalan dengan Jan Di saat di Macau.
• Im Joo Hwan sebagai So Il Hyun. kakak Yi Jung yang membuang nama keluarganya untuk hidup normal. Dia membawa beban berat untuk meninggalkan Yi Jung.
• Park Soo Jin sebagai Cha Eun Jae adalah cinta pertama Yi Jung. Dia adalah seorang guru di sebuah kelas tembikar di mana Ga Eul belajar, menyebabkan dia dan Yi Jung bertemu lagi setelah 3 tahun terpisah.
• Kim Min Ji sebagai Jang Yu Mi adalah seorang gadis di rumah sakit yang sama di mana Jun Pyo dirawat, yang mengambil keuntungan dari amnesia nya.
Keluarga Geum:
• Ahn Suk Hwan : Geum II Bong (ayah Jan Di)
• Im Ye Jin : Na Gong Ju (Ibu Jan Di)
• Park Ji Bin : Geum Kang San (adik Jan Di)
Keluarga Gu:
• Lee Hye Yeong: Kang Hee Soo (Ibu Jun Pyo)
• Kim Hyun Joo : Gu Jun Hee (Kakak Jun Pyo)
• Jung Ho Bin: Seongrok Jeong (sekertaris Ibu Jun Pyo)
• Yun Ji Gook: Choi Jin Hee, yang dikenal sebagai Ginger
• Jang Ja Yun : Ming Ja Park, dikenal sebagai Sunny
• Min Yeong Won: Lee Mi Suk, yang dikenal sebagai Miranda
• Lee Jung Gil sbg Yoon Seok Young (Kakek Ji Hoo)
• Kim Ki Bang sbg Bom Chun Sik (bos Jan Di dan Ga Eul
Film ini hanya tayang 25 episode, namun sudah banyak membuat perubahan yang sangat besar dalam masyarakat Indonesia. Karena inti dari budaya populer adalah mengandalkan konsep media, konsumen dan ideologi maka dalam sebuah filmpun sang sutradara pastinya berharap untuk dapat mempopulerkan film tersebut. Bentuk kepopuleran ini bisa dalam bentuk membudayanya identitas BBF dikalangan masyarakat. Misalnya dalam hal penampilan, perilaku maupun kebudayaan setempat.
Oleh karena itu, film BBF yang mengandung banyak sekali unsur dalam proses terbentuknya budaya. Sehingga banyak sekali sekarang masyarakat Indonesia mengadopsi busana-busana yang bersalkan dari Korea. Bukan busana adat, melainkan trend busana yang lagi in di negara tersebut.
Kalu kita seksama dan melek akan kehidupan sekitar kita, sebenarnya kebudayaan Indonesia ini sekarang dalam masa campur aduk. Banyak sekali masuk budaya-budaya baru yang berkembang karena sifat konsumtif masyarakat Indonesia. Busana-busana yang lagi banyak diminati oleh kaum hawa maupun kaum adam saat ini memang berkiblat kea arah timur. Banyak sekali sekarang dari kalang public figure juga mengenakan busana-busana yang dikenakan oleh keseharian dalam film BBF.
Saat ini tren BBF hingga sekarang masih banyak diminati oleh kalangan muda, karena dari film ini ditawarkan artis pendatang baru dengan tampang yang sangat wah. Dari sinilah para pembuat film berusaha untuk memikat para penonton dengan mengutamakan kemasan. Sehingga apabila dari pengemasan film ini sangat bagus, maka akan menarik kalangan penonton sangat banyak.
C. Penggemar Film Boys Before Flower
Penggemar film Boys Before Flower saat ini mencapai jutaan jiwa manusia. Ini dapat dilihat dari berbagai situs website Indonesia yang mengatasnamakan grup penggemar BBF. Dari situs ini dapat kita lihat betapa film BBF ini menjadi budaya pop yang sangat begitu singkat. Padahal dalam proses terbentuknya budaya itu melalu tahap evolusi bukan refolusi. Jadi pembentukan budaya ini haruslah bertahap dan dengan waktu yang sangat lama. Namun dalam budaya pop, dimana ada media dan ideologi yang bekerja dan komoditi masih berlangsung dengan lancar. Maka proses pembentukan budaya inipun dapat segera terbentuk. Dan hal ini terjadi pada film BBF.
Bentuk fanatisme film ini dapat berupa hal yang bermacam-macam. Dan semua orang dapat mengkreasikannya sesuai kemauan. Misalnyanya saja dari website, kelompok pecinta BBF, butik-butik busana ala BBF, hingga lomba mirip artis BBF. Semua ini terjadi di Indonesia, bagaimana dengan negara yang lain. Pasti sangat banyak sekali para penggemar dari film yang hanya muncul 25 episode ini.
Data ini kami peroleh dari hasil survey yang singkat, namun sangat menampakkan hasil yang sangat luar biasa. Beberapa media maupun kalangan bisnispun ikut berpartisipasi dalam demam BBF ini, antara lain sebagai berikut:
Website
Iklanbarisgratis.info/Pecinta Boys Before Flower
www.sulaymancity.com/BBF
www.loveBBF.com
www.pecintaBBF.com
www.bbfindonesia.com
Twitter, FaceBook
PETITION-SUPPORT BOYS BEFORE FLOWER COME TO INDONESIA 2010
LEE MIN HO GRUP
KIM BUM GROUP
BOYS BEFORE FLOWER INDONESIA
Indonesia Vote BBF
Pecinta Boys Before Flower
Media Cetak
Bintang, Asian Plus, Asian Stars, My Idol, Teen dan Asian Crush
Penjual Baju ala BBF
Up Date Man Boutique Mall Olympic Garden
Blur Distro Malang Town Square
Celciuos Distro Mall Olympic Garden
Luxurious On Line Shop
ButikBajuSulaymanCity.com
Dari berbagai pihak ini tentu saja berniat untuk menyamakan dirinya sebagai apa yang terdapat dalam film Boys Before Flower tersebut. Hal ini tidak lain karena budaya populer telah membuat film tersebut digandrungi oleh seluruh lapisan masyarakat yang sadar akan keberadaan film tersebut. Dari pemaparan data di atas ini hanya sebagian dari para fanatisme film BBF yang berada di Indonesia. Tidak tahu lagi bagaimana para penggemar yang berada di luar sana. Pastinya sangat melebihi dari apa yang pernah kita bayangkan.
Berbicara tentang budaya popular bukanlah perkara yang gampang, budaya ini tidaklah sesederhana yang dibayangkan orang bahwa hal ini tidak perlu diperhatikan, dinilai lebih rendah daripada bentuk-bentuk budaya lainnya. Tetapi jika mengikuti perkembangan literature tentang kajian budaya (cultural studies), maka kita akan menemukan bahwa budaya popular mendapat tempat yang lebih proporsional daripada masa-masa sebelumnya.
Kebudayaan popular seringkali ditabrakkan dengan pengertian lain, seperti “kebudayaan tinggi”, “kebudayaan murni”, dan lain-lain. Dalam pengertian ini dibayangkana ada dua realitas sosial yang terjadi (dalam konteks di Inggris pada tahun 1960-an), yaitu kaum bangsawan yang dikonsumsi lebih banyak bentuk-bentuk budaya yang bersifat high art, seperti pagelaran balet, opera atau orkes simfoni.
Menurut Raymond Williams, budaya popular ini dapat didefinisikan ke dalam empat macam. Yang pertama budaya popular adalah budaya yang disukai oleh banyak orang. Kedua, kerja kebudayaan yang interior. Ketiga, kerja kebudayaan yang dimaksud untuk meraih simpati banyak orang. Keempat, kebudayaan yang dibuat sekelompok orang untuk diri mereka sendiri.(Ignatius: 188)
Budaya popular ini lahir karena budaya konsumsi dan didukung oleh tekhnologi informasi baru. Seni populer lahir dan bertahan karena kehendak media (dengan ideologi kapitalisme) dan konsumsi. Media dan konsumsi menggeser ikatan sosial yang semula mementingkan aspek moral dan kognisi dengan ikatan estetik. Kita tidak bisa lagi bicara fungsi media untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan manusia namun juga media yang mengatur gagasan dan menata perasaan manusia.
Baudrillard melukiskan media massa telah menyatukan manusia kemudian membiarkannya meledak ke dalam: batas-batas tradisi, geografi, bangsa, ideologi, kelas, cair luluh begitu saja. Yang tinggal hanya satu: massa dengan ketidakpastian ini memberikan rasa aman dan pasti luluh, batas-batas baru sangat bergantung pada bagaimana suatu kelompok sosial dihadirkan dalam media.
Media menciptakan populer dengan mengonsumsi barang-barang komoditi. Ini merupakan bagian dari kapitalisme konsumsi. Populer yang sedang kita periksa adalah populer yang lahir lewat cara orang-orang zaman sekarang mengonsumsi barang-barang (mode of consumption). Sifat kapitalisme ini membawa masyarakat menjadi massa, artinya masyarakat dilebur dari batas-batas tradisionalnya menjadi satu massif konsumtif. Sesuai prinsip pasar bebas, gairah agresifitas konsumsi tidak ditentukan oleh otoritas seperti negara, agama, atau tradisi. Otoritas sepenuhnya ada di tangan objek konsumsi (komoditi) dalam menggoda para calon konsumen. Menurut Lipovetsky mengatakan bahwa “kalau orang tertarik pada suatu barang, bukan karena orang menonton langsung promosinya namun karena setiap barang yang dipakai mempunyai daya promosional.” Sehingga kita akan melihat betapa kuat dan rumitnya kekuatan media dan konsumsi membentuk dan mengubah realitas rakyat dan kerakyatan menjadi realitas populer.(Dominic: 6-7)
B. Film Boys Before Flower Menjadi Budaya Populer
Boys Over Flowers adalah drama adaptasi Korea yang diadaptasi dari manga Jepang Hana Yori Dango. Boys Before Flowers sendiri mulai ditayangkan tanggal 5 Januari 2009 di KBS2TV dan berakhir pada tanggal 31 Maret 2009 dengan 25 episode. Sebelumnya serial ini sudah pernah dibuat dari negara asia seperti Jepang, Taiwan, serta Indonesia. Film ini bergenre romantis, tak luput dari serial dari negara sebelumnya serial ini cukup menyorot penonton di Korea Selatan. Walaupun serial ini pernah dirilis, namun sutradara membuat serial ini lebih berbeda dari serial sebelumnya dengan artis dan aktor pendatang baru. Film ini menjadi gebrakan hits di berbagai negara luar Korea Selatan seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan berbagai negara Latin lainnya.
Sinopsis Film Boys Before Flowers
Geum Jan Di (Koo Hye Sun) adalah seorang gadis yang berasal dari keluarga biasa yang memiliki toko laundry yang terletak di dekat sekolah Shin Hwa, sekolah paling bergengsi di Korea Selatan. Awal cerita dimulai ketika Jan Di hendak mengantarkan laundry milik salah seorang siswa Shinhwa, ternyata laundry itu milik siswa yang akan bunuh diri karena stress mendapat bullying dari F4. Secara kebetulan Jan Di menolong anak itu. Tindakannya segera menjadi perhatian publik dan menyulut kemarahan publik terhadap Shin Hwa. Untuk menenangkan kemarahan publik, Jan Di ditawari beasiswa renang untuk dapat bersekolah di Shinhwa, awalnya ia menolak namun akhirnya menerima setelah keluarganya memaksanya.
Selama hari pertama di Shinhwa. Jan Di mencoba untuk menghindari konfrontasi dengan F4, karena dia tahu apa yang terjadi pada mereka yang berani menentang F4. Gu Jun Pyo (Lee Min Ho, Yoon Ji Hoo (Kim Hyun Joong), So Yi Jung (Kim Bum), dan Song Woo Bin (Kim Joon) adalah anak-anak paling kaya dan paling berkuasa di sekolah Shinhwa dan di Korea Selatan. Mereka menggunakan kekuasaan untuk meneror siswa lemah atau orang-orang yang tidak suka pada mereka. Jan Di, alih-alih terkesan, menjadi marah dan muak terhadap F4 terutama kepada Gu Jun Pyo, pemimpin dan inisiator dari banyak tindakan bullying. Keberaniannya bangkit ketika seorang teman, Oh Min Ji, tidak sengaja menumpahan es krim pada sepatu Jun Pyo dan Jun Pyo menuntut gadis itu untuk menjilati sepatunya. Jan Di membela temannya dengan menggantikan Min Ji untuk menjilati sepatu Jun Pyo. Dengan berpura-pura menjilat, Jan Di membungkuk lalu melemparkan es krim di wajah Jun Pyo. Marah karena hal ini, Gu Jun Pyo menyatakan perang terhadap Jan Di dan menyuruh siswa lain untuk mengerjai Jan Di. Jan Di, mencoba bertahan, menolak untuk meminta maaf kepada Gu Jun Pyo, dan berdiri dengan keputusannya untuk melawan dia.
Sahabat terbaik Jan Di, Ga Eul (Kim So Eun) sering menemukan dirinya di tempat yang sama dengan Yi Jung. Suatu hari, Yi Jung menemukan Ga Eul menangis setelah ia dicampakkan pacarnya.Yi Jung mengajak Ga Eul ke sebuah klub malam di mana mantan pacar Ga Eul sering terlihat. Yi Jung pura-pura jatuh cinta dengan Ga Eul untuk membuat cemburu mantan pacarnya. Setelahkejadian ini, Ga Eul jatuh cinta pada Yi Jung. Pada Hari Valentine, dia menunggu di luar rumahnya, untuk memberinya coklat. Yi Jung datang dengan dua orang gadis dan menolak coklat pemberian Ga Eul. Ketika Ga Eul marah, Yi Jung mengingatkan bahwa mereka di klub malam itu hanya bersandiwara, dan itu bukan salahnya jika Ga Eul menganggap itu serius.
Menganggu Jan Di terus menerus malah membuat Gu Jun Pyo jatuh cinta pada gadis itu. Dengan segala cara Jun Pyo berusaha mendekati Jan Di. Ketika cinta mulai mekar diantara Jan Di dan Jun Pyo, ibu Jun Pyo mengetahui hubungan mereka dan tidak menyetujui hubungan keduanya. Dia melakukan segala cara untuk membuat mereka berdua berpisah, bahkan mengatur perkawinan bagi Jun Pyo. Para anggota F4 lainnya dan Ga Eul mencoba untuk menyatukan mereka kembali.
Pemeran
Foto: salah satu pemain dalam Boys Before Flower |
• Lee Min Ho sebagai Gu Jun Pyo. Gu Jun Pyo adalah pemimpin F4 dan pewaris Group Shinhwa, perusahaan yang paling kuat di negeri ini. Sewaktu di SMA, ia bertemu Jan Di dan terpana oleh keberanian Jan Di. Meskipun pada awalnya bertekad untuk membuat hidupnya sengsara, ia jatuh cinta padanya.
• Kim Hyun Joong sebagai Yoon Ji Hoo. Yoon Ji Hoo adalah anggota F4 yang paling tenang, sangat mahir bermain biola, gitar dan piano. Ia adalah cucu mantan presiden Korea. Dia juga pesaing utama Jun Pyo untuk mendapatkan Jan Di, tetapi dia merelakannya karena dia menghargai persahabatan dengan Jun Pyo.
• Kim Bum sebagai So Yi Jung. Yi Jung berasal dari keluarga seniman terkenal dan merupakan seniman tembikar yang mempunyai reputasi sendiri, membuat debut pertamanya pada usia enam belas tahun. Keluarganya memiliki sebuah galeri seni terkenal yang merupakan harta karun nasional. Dia adalah salah satu dari dua playboy di F4.
• Kim Joon sebagai Song Woo Bin. Song Woo Bin berasal dari keluarga yang menjalankan sebuah organisasi bawah tanah, (mafia) Ia sering terlihat bertaruh dengan Yi Jung dalam berbagai hal. Dia adalah salah satu dari dua F4 playboy. Ia juga merupakan anggota F4 yang paling kuat dan pintar beladiri.
• Kim So Eun sebagai Chu Ga Eul. : Chu Ga Eul adalah sahabat Di Jan sejak TK. Dia dan Yi Jung terlihat selalu bersama dan bahkan membuat kencan palsu untuk membawa Jan Di dan Jun Pyo kembali.
• Lee Yeong Shi : Oh Min Ji adalah teman pertama Jan Di ketika ia transfer ke sekolah Shinhwa, diam-diam dia memfitnah Jan Di.
• Han Chae Young sebagai Min Seo Hyun, adalah cinta pertama Ji Hoo dan model Korea yang terkenal.
• Jung Eui Chul sebagai Lee Ha Min / Lee Ji Ha adalah dua karakter yang dimainkan oleh aktor yang sama, pertama sebagai siswa yang ditolong oleh Jan Di, dan kedua sebagai saudara kembarnya yang dendam pada Jun Pyo.
• Lee Min Jeong sebagai Ha Jae Kyung adalah tunangan Jun Pyo. Ia berkenalan dengan Jan Di saat di Macau.
• Im Joo Hwan sebagai So Il Hyun. kakak Yi Jung yang membuang nama keluarganya untuk hidup normal. Dia membawa beban berat untuk meninggalkan Yi Jung.
• Park Soo Jin sebagai Cha Eun Jae adalah cinta pertama Yi Jung. Dia adalah seorang guru di sebuah kelas tembikar di mana Ga Eul belajar, menyebabkan dia dan Yi Jung bertemu lagi setelah 3 tahun terpisah.
• Kim Min Ji sebagai Jang Yu Mi adalah seorang gadis di rumah sakit yang sama di mana Jun Pyo dirawat, yang mengambil keuntungan dari amnesia nya.
Keluarga Geum:
• Ahn Suk Hwan : Geum II Bong (ayah Jan Di)
• Im Ye Jin : Na Gong Ju (Ibu Jan Di)
• Park Ji Bin : Geum Kang San (adik Jan Di)
Keluarga Gu:
• Lee Hye Yeong: Kang Hee Soo (Ibu Jun Pyo)
• Kim Hyun Joo : Gu Jun Hee (Kakak Jun Pyo)
• Jung Ho Bin: Seongrok Jeong (sekertaris Ibu Jun Pyo)
• Yun Ji Gook: Choi Jin Hee, yang dikenal sebagai Ginger
• Jang Ja Yun : Ming Ja Park, dikenal sebagai Sunny
• Min Yeong Won: Lee Mi Suk, yang dikenal sebagai Miranda
• Lee Jung Gil sbg Yoon Seok Young (Kakek Ji Hoo)
• Kim Ki Bang sbg Bom Chun Sik (bos Jan Di dan Ga Eul
Film ini hanya tayang 25 episode, namun sudah banyak membuat perubahan yang sangat besar dalam masyarakat Indonesia. Karena inti dari budaya populer adalah mengandalkan konsep media, konsumen dan ideologi maka dalam sebuah filmpun sang sutradara pastinya berharap untuk dapat mempopulerkan film tersebut. Bentuk kepopuleran ini bisa dalam bentuk membudayanya identitas BBF dikalangan masyarakat. Misalnya dalam hal penampilan, perilaku maupun kebudayaan setempat.
Oleh karena itu, film BBF yang mengandung banyak sekali unsur dalam proses terbentuknya budaya. Sehingga banyak sekali sekarang masyarakat Indonesia mengadopsi busana-busana yang bersalkan dari Korea. Bukan busana adat, melainkan trend busana yang lagi in di negara tersebut.
Kalu kita seksama dan melek akan kehidupan sekitar kita, sebenarnya kebudayaan Indonesia ini sekarang dalam masa campur aduk. Banyak sekali masuk budaya-budaya baru yang berkembang karena sifat konsumtif masyarakat Indonesia. Busana-busana yang lagi banyak diminati oleh kaum hawa maupun kaum adam saat ini memang berkiblat kea arah timur. Banyak sekali sekarang dari kalang public figure juga mengenakan busana-busana yang dikenakan oleh keseharian dalam film BBF.
Saat ini tren BBF hingga sekarang masih banyak diminati oleh kalangan muda, karena dari film ini ditawarkan artis pendatang baru dengan tampang yang sangat wah. Dari sinilah para pembuat film berusaha untuk memikat para penonton dengan mengutamakan kemasan. Sehingga apabila dari pengemasan film ini sangat bagus, maka akan menarik kalangan penonton sangat banyak.
C. Penggemar Film Boys Before Flower
Baju: salah satu gambar yang disediakan di online shop baju korea |
Bentuk fanatisme film ini dapat berupa hal yang bermacam-macam. Dan semua orang dapat mengkreasikannya sesuai kemauan. Misalnyanya saja dari website, kelompok pecinta BBF, butik-butik busana ala BBF, hingga lomba mirip artis BBF. Semua ini terjadi di Indonesia, bagaimana dengan negara yang lain. Pasti sangat banyak sekali para penggemar dari film yang hanya muncul 25 episode ini.
Data ini kami peroleh dari hasil survey yang singkat, namun sangat menampakkan hasil yang sangat luar biasa. Beberapa media maupun kalangan bisnispun ikut berpartisipasi dalam demam BBF ini, antara lain sebagai berikut:
Website
Iklanbarisgratis.info/Pecinta Boys Before Flower
www.sulaymancity.com/BBF
www.loveBBF.com
www.pecintaBBF.com
www.bbfindonesia.com
Twitter, FaceBook
PETITION-SUPPORT BOYS BEFORE FLOWER COME TO INDONESIA 2010
LEE MIN HO GRUP
KIM BUM GROUP
BOYS BEFORE FLOWER INDONESIA
Indonesia Vote BBF
Pecinta Boys Before Flower
Media Cetak
Bintang, Asian Plus, Asian Stars, My Idol, Teen dan Asian Crush
Penjual Baju ala BBF
Up Date Man Boutique Mall Olympic Garden
Blur Distro Malang Town Square
Celciuos Distro Mall Olympic Garden
Luxurious On Line Shop
ButikBajuSulaymanCity.com
Dari berbagai pihak ini tentu saja berniat untuk menyamakan dirinya sebagai apa yang terdapat dalam film Boys Before Flower tersebut. Hal ini tidak lain karena budaya populer telah membuat film tersebut digandrungi oleh seluruh lapisan masyarakat yang sadar akan keberadaan film tersebut. Dari pemaparan data di atas ini hanya sebagian dari para fanatisme film BBF yang berada di Indonesia. Tidak tahu lagi bagaimana para penggemar yang berada di luar sana. Pastinya sangat melebihi dari apa yang pernah kita bayangkan.
Langganan:
Postingan (Atom)