Bagaimana menurut anda tentang saya?

Selasa, 19 Oktober 2010

Terkikisnya Budaya Agraris dalam Masa Industri di Indonesia (oleh Rangga Prasetya)

Aneka ragam kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia menjadikan Negara yang satu ini terkenal akan warna warni budayanya. Bermacam-macamnya kebudayaan ini turut serta dalam proses pembentukan kepribadian suatu Negara. Oleh karena itu terlahir dari budaya yang dimiliki oleh suatu Negara dapat menjadikan tolak ukur kadar suatu pola pikir masyarakatnya.
Indonesia sejak jaman dahulu dikenal sebagai Negara agraris, dimana semua sumber daya alam yang dimiliki dapat dimanfaatkan. Mulai dari pegunungan hingga lautan, Indonesia memilki semua itu. Sehingga atas kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia ini maka Negara yang tengah berkembang ini dikenal sebagai Negara agraris.
Semua kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia dapat dimanfaatkan dengan baik kalau sumber daya manusianya juga menyeimbangi akan hal tersebut. Pertanian, perkebunan, perikanan, lautan, sumber tambang yang dimiliki oleh Indonesia sebagian besar yang mengelola adalah masyarakat asing. Hal ini yang menyebabkan Indonesia banyak sekali tercampur dan terkontaminasi dengan budaya dari luar. Ada kalanya Indonesia merasa beruntung dengan semua ini, namun secara tidak sadar masyarakat Indonesia sedikit demi sedikit mulai dikendalikan akan budaya-budaya baru yang dianggap jauh lebih modern dan tidak kampungan.
Dalam zaman sekarang ini, dimana komunikasi antara manusia dan mobilitas manusia di seluruh penjuru muka bumi kita ini makin meluas, maka pembauran antara manusia dari aneka warna ras, aneka warna bahasa, dan aneka warna kebudayaan, juga menjadi intensif. Walaupun demikian, untuk keperluan analisa antropologi secara histori kita perlu mengetahui pola-pola penyebaran yang asli dari aneka warna ras, bahasa dan kebudayaan di muka bumi. (Koentjaraningrat, 2002: 306)
Selain kebudayaan yang mulai terkikis, dari sector mata pencaharianpun kini mulai berkembang ke arah yang lebih modern. Secara struktural, mismanagement yang terlalu parah adalah penyebab utamanya. Masalah mendasar pertama adalah scale of economics. Kebanyakan petani adalah hasil warisan. Setelah sekian generasi, ukuran lahan makin sempit. Pengolahan usaha agraris menghasilkan skala ekonomi yang tidak seimbang. Terlalu banyak orang tapi terlalu sedikit lahan. Padahal kalau dikelola dengan skala yang pas, produktivitas jelas bisa meningkat banyak.
Penerapan teknologi maju untuk mempercepat pebangunan nasional selama 32 tahun yang lalu telah menuntut pengembangan perangkat nilai budaya, norma sosial disamping ketrampilan dan keahlian tenagakerja dengan sikap mental yang mendukungnya. Penerapan teknologi maju yang mahal biayanya itu memerlukan penanaman modal yang besar (intensive capital investment); Modal yang besar itu harus dikelola secara professional (management) agar dapat mendatangkan keuntungan materi seoptimal mungkin. Karena itu juga memerlukan tenagakerja yang berketrampilan dan professional dengan orientasi senantiasa mengejar keberhasilan (achievement orientation).
Tanpa disadari, kenyataan tersebut, telah memacu perkembangan tatanan sosial di segenap sector kehidupan yang pada gilirannya telah menimbulkan berbagai reaksi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Dalam proses perkembangan sosial budaya itu, biasanya hanya mereka yang mempunyai berbagai keunggulan sosial-politik, ekonomi dan teknologi yang akan keluar sebagai pemenang dalam persaingan bebas. Akibatnya mereka yang tidak siap akan tergusur dan semakin terpuruk hidupnya, dan memperlebar serta memperdalam kesenjangan sosial yang pada gilirannya dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang memperbesar potensi konflik sosial.dalam masyarakat majemuk dengan multi kulturnya.
Tanpa penegakan hukum secara transparan dan akuntabel, perkembangan sosial-budaya di Indonesia akan menghasilkan bencana sosial yang lebih parah, karena hilangnya kepercayaan masyarakat akan mendorong mereka untuk bertindak sendiri sebagaimana nampak gejala awalnya dewasa ini. Lebih berbahayalagi kalau gerakan sosial itu diwarnai kepercayaan keagamaan, seperti penatian datangnya ratu adil dan gerakan pensucian (purification) yang mengharamkan segala pembaharuan yang dianggap sebagai “biang” kekacauan.
Betapaun masyarakat harus siap menghadapi perubahan sosial budaya yang diniati dan mulai dilaksanakan dengan reformasi yang mengandung makna perkembangan ke arah perbaikan tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Kebudayaan kita orang Indonesia menganut kebudayaan Ketimuran, Gotong royong, sopan santun, ramah tamah, tolong menolong (gemah ripah loh jinawi semboyan Jawa'nya) dan banyak lagi. Pengaruh kebudayaan Industri (Modern), ya memang tidak bias dipungkiri lagi Indonesia sebagai Negara berkembang menuju modernisasi ada dampak buruk maupun dampak baiknya. Contoh kemajuan tekhnologi, produksi sekarang sudah banyak mengandalkan mesin sehingga banyak sekali pengangguran di Indonesia.
Kebudayaan agraris sangat beraneka warna, mulai dari pertanian,perkebunan sampai pembukaan lahan di hutan. pengaruh pergeseran itu sangat kuat, mulai dari industrinisasi persawahan...komoditas jagung,kedelai dan aneka buah....yang mulanya di kelola secara tradisional, saat ini investor kuat mulai bermain. sebagai generasi muda, selayaknya ikut berperan aktif dalam mensinergikan antara kebudayaan agraris milik kita dengan teknologi modern,yang lebih menguntungkan petani, tidak merusak lingkungan, melakukan riset dan amdal yang tepat jika akan membuka perkebunan modern.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar