Seks: Maraknya seks bebas terdapat pada kalangan mahasiswa |
Tentu saja hal ini ada beberapa dampak positif maupun dampak negative bagi warga “Ngalam” itu sendiri. Berbagai budaya baru memasuki kawasan ini. Tidak lain halnya dengan perilaku metropolis yang dibawa para pendatang ini. Jumlah kaum produktif sudah pasti lebih banyak dari usia-usia lainnya. Hal ini dibuktikan banyak sekali dibangun tempat-tempat nongkrong, Mal, perbelanjaan, cafĂ©, dan lain sebagainya. Akan tetapi pernahkan kita merasa bahwa disekitar kita banyak juga terjadi tindakan yang seharusnya tidak semestinya dilakukan. Sebut saja salah satunya seks pranikah.
Sudah tidak diragukan lagi, dalam masa-masa kematangan seorang remaja sering kali dihantui dengan bagaimana rasanya melakukan seks. hal seperti ini bukan lagi hal yang tabu untuk dibicarakan. Akan tetapi dampak yang terjadi dari perilaku seperti inilah yang dapat merusak citra budaya bangsa khususnya di kota Malang itu sendiri. Banyak sekali faktor yang mendorong para pelaku ini untuk melakukan hal tersebut. Pasang saja karena hasrat ingin melakukan seks, dorongan dari pasangan, atau rasa malu kepada lingkungan sekitar karena belum pernah melakukan seks.
Banyak diantara mereka yang tidak menggunakan system aman pada saat melakukan hubungan intim ini akan kecolongan. Tidak sedikit dari mereka hamil diluar nikah. Dan akhirnya? Aborsi. Dalam studi kasus aborsi ini sekalipun, banyak juga yang gagal. Dan pada akhirnya anaknyalah yang menjadi korban. Lahir dengan tubuh cacat, cacat mental maupun cacat fisik. Banyak sekali telah ditemui hal ini di sekitar kita. Seperti yang dilakukan Ella (nama samaran), seorang jago aborsi hingga enam kali.
“Ini sebuah tuntutan dalam hidup saya,” ungkap Ella. Tuntutan seperti apakah yang mengahruskan dia membunuh janin tak berdosa itu? Ternyata selama ini, wanita yang saat ini menempuh semester lima di salah satu universitas negeri di kota Malang ini sudah lama menjajahkan seks ke lelaki hidung belang. Dan tidak cukup lama, dia baru satu tahun memulai bisnis barunya itu. Entah apa yang ada dalam pikirannya, hingga bisa melakukan seperti ini.
Dari satu objek kecil inilah yang dapat merusak citra kota Malang itu sendiri. Tidak hanya itu, semakin mengikisnya budaya local atau budaya kearifan itu sendiri dapat memasok untuk menuju kehancuran sebuah identitas masyarakat itu sendiri. Dari sini, kita semakin tahu betapa banyaknya hal-hal yang membuat budaya Indonesia kita ini semakin mengikis hingga akhirnya tak bersisa.
Sumber : Ella (Nama Samaran), 20 tahun, semester lima kuliah di salah satu universitas negeri kota Malang
Foto : Google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar